Pengaruh Kebakaran Hutan Terhadap Kelestarian Air

01.15 Istiqomah Ps 0 Comments

Memang benar adanya jika rizki yang diberikan Tuhan sebenarnya sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Namun tidak akan pernah cukup untuk memenuhi gaya hidup. Karena gaya hidup itu akan terus berubah akan terus meningkat kecuali manusia itu meninggal, hingga terputuslah segala keinginan duniawinya.

Hal ini kemudian saya analogkan dengan banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini. Mulai korupsi, begal, hingga pembakaran hutan yang disinyalir adalah demi tujuan tertentu yaitu untuk pembukaan lahan. Memang kebakaran hutan bisa saja disebabkan oleh kemarau yang cukup panjang namun beberapa indikasi seperti wilayah terbakar yang berpola (diketahui melalui pencitraan satelit), terdapat pematokan lahan dan pembukaan akses jalan sebenarnya sudah cukup menjawab bahwa hutan tidak terbakar begitu saja melainkan dibakar.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyebutkan luas kebakaran hutan tahun 2015 ini (melalui perhitungan sejak 21 Juni-20 Oktober) mencapai 2.089.911 hektar. Kebakaran hutan tersebut meliputi sumatera, kalimantan, papua, sulawesi, bali, nusa tenggara dan jawa baik lahan gambut maupun non-gambut. Menurut Presiden Joko Widodo saat kunjungan kerjanya di Jambi (Jum'at, 30 Oktober 2015), lahan gambut (dengan kedalaman hampir 5 meter) yang terbakar (dibakar) berkisar 1,7 juta hektar sehingga pemadaman memang tidak mudah. Terjadinya kebakaran hutan dan lahan ini telah merenggut korban jiwa, menurunkan kesehatan masyarakat akibat ISPA dan membumihanguskan habitat satwa liar. Tidak hanya itu, kebakaran ini juga menyebabkan hilangnya zat hara, musnahnya jasad renik dan binatang tanah, rusaknya tekstur tanah, naiknya suhu global, berkurangnya keragaman hayati, dan rusaknya siklus hidrologi. Padahal siklus hidrologi ini sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan. Karena hampir semua makhluk hidup tersusun dari air sehingga selalu membutuhkan air dalam menjalani kehidupannya. Sebagai manusia pun kita membutuhkan air untuk kebutuhan makan-minum dan kebersihan sehari-hari. Tanpa air manusia akan sulit untuk bertahan hidup.

Seandainya saja kita memahami bahwa dahulu nenek moyang demikian berhati-hati dalam menjaga kearifan lokal demi memelihara harta karun negeri ini berupa hutan tropis dan segala yang ada di dalamnya untuk kita. Semestinya kini pun kita melakukan hal yang sama untuk anak dan cucu kita di masa mendatang. Beberapa suku bangsa yang memiliki luasan hutan tropis yang besar beberapa bahkan rela berlepas diri dari kehidupan modern demi menjaga hutan mereka. Mereka masih setia menjaga kearifannya dengan benar-benar hidup di alam/ di hutan. Menyediakan pakaian, makanan dan tempat tinggalnya secara sederhana dari tangan mereka sendiri tanpa harus mengeksploitasi hutan besar-besaran. Karena mereka tahu bahwa Tuhan telah menciptakan alam untuk digunakan secara arif lantas dijaga kelestariannya. Memanfaatkan sesuai kebutuhan hidup, bukan gaya hidup. Sehingga mereka akan merasa cukup dengan rizki yang diberikan Tuhannya.

Bagaimana dengan kita sekarang? Saya tidak menampik sebagai blogger sayapun mengikuti gaya hidup terkini seperti menggunakan smartphone dan fasilitas internet. Namun sebisanya saya menggunakan ini semua dengan sebaik mungkin dengan cara berbagi hal-hal yang bermanfaat dengan menulis. Menulis hal-hal baik dari hasil saya membaca baik dari buku, majalah, maupun via internet. Kita tentu tahu batasan-batasan agar tetap arif dalam melakukan segala sesuatu. Teman-teman tentu bisa mulai melihat ke diri masing-masing, kearifan apa yang sudah dilakukan demi kemanfaatan untuk masyarakat, kelestarian lingkungan dan air.

Alam semesta yang telah disediakan Tuhan bagi kita berupa hutan alam tropis sudah seharusnya kita jaga bersama. Kita semua bertanggung jawab akan kelestarian lingkungan dan air. Air merupakan kebutuhan hidup yang sangat esensial setiap makhkuk hidup yang hampir tidak dapat digantikan dengan apapun. Dan air akan dapat dijaga kelestariannya hanya dengan dijaganya kelestarian alam, kelestarian hutan hujan tropis secara bersama-sama.

Maka bagaimana kemudian kondisi kelestarian air jika hutan alam tropis kita telah dibakar hanya demi membuka lahan perkebunan/ pertanian baru? Maka akan ada beberapa hal berkaitan dengan kelestarian air yang akan terjadi, diantaranya:

1. Penurunan Kualitas Air

Kondisi bagian hulu suatu DAS dapat mengganggu distribusi aliran sungai dibagian hilir. Kebakaran atau penebangan hutan menyebabkan rusaknya permukaan tanah hingga terjadilah erosi. Erosi merupakan pengikisan tanah oleh air. Erosi akan menurunkan kualitas air sungai karena sedimen yang terangkut cukup banyak. Air sungai akan berwarna cokelat kehitaman karena mengandung banyak sedimen berupa partikel pasir, tanah dan partikel lain. Selain itu sedimen tersebut mengakibatkan pendangkalan terhadap sungai sehingga pada musim hujan air sungai meluap dan sering menimbulkan banjir. Tetapi pada musim kemarau jumlah air sungai akan sangat sedikit atau bahkan kering.

2. Penurunan Debit Air Tanah

Seperti yang kita tahu bahwa hutan (alam) tropis kita memiliki vegetasi yang beragam. Banyak dijumpai beragam tumbuhan berusia tua, tumbuhan bawah, serasah (humus) dan kandungan bahan organik yang menutupi lantai hutan dapat memperbaiki struktur tanah yang memungkinkan air hujan masuk ke dalam tanah sehingga aliran permukaan cukup kecil dan tidak terjadi erosi. Kemampuan menahan air hutan alam disebabkan oleh keberadaan akar yang beragam dari yang dangkal hingga cukup dalam sehingga mampu menyimpan air lebih banyak dan lebih baik serta mengeluarkannya secara perlahan saat musim kemarau. Sedangkan erosi tidak terjadi karena kemampuan tajuk berlapis yang mengurangi daya hancur butiran hujan terhadap tanah sehingga mengurangi laju erosi tanah.

Namun pada hutan (buatan yang ditanami dengan tanaman yang seragam) akan terjadi hal yang sebaliknya karena hutan baru tentu hanya memiliki tumbuhan yang berusia muda (memiliki perakaran yang seragam) yang tidak memiliki tumbuhan bawah maupun serasah yang menutupi lantai untuk meresapkan air hujan dengan baik. Hal ini menyebabkan kurangnya kemampuan hutan (buatan) untuk menyimpan air dan aliran air permukaan menjadi lebih besar sehingga sangat memungkinkan terjadi erosi. Berkurangjya kemampuan hutan menyimpan air ini tentu berdampak pada menurunnya debit air tanah.

3. Menghilangnya Mata Air

Ketika terjadi erosi, tanah yang tersisa atau tidak terbawa arus air kebanyakan adalah tanah yang mempunyai daya infiltrasi air (kemampuan untuk menyerap air) yang rendah sekali. Hal ini menyebabkan suplai air ke dalam tanah berkurang bahkan menurun drastis. Akibat jangka panjangnya adalah ada beberapa mata air yang kehabisan air dalam tanah untuk dikeluarkan ke permukaan akibat berkurangnya penyerapan air dari permukaan.

4. Bencana Kekeringan

Berkurangnya infiltrasi air ke dalam tanah yang mengalami erosi di bagian hulu DAS menyebabkan pengisian kembali (recharge) air di bawah tanah (ground water) juga berkurang yang mengakibatkan kekeringan di musim kemarau.

Ternyata terjadinya kebakaran hutan berpengaruh secara signifikan terhadap kelestarian air baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kebakaran hutan dan lahan telah terjadi. Pemerintah juga telah memaksimalkan usahanya dengan mengerahkan 22.000 personil TNI-Polri 22 untuk pemadaman di area darat, dari udara dilakukan waterbombing, bantuan dari beberapa negara hingga penaburan garam pada awan yang dilakukan pesawat hercules. Semoga bencana kebakaran ini segera berakhir.

Lantas bagaimana solusi yang bisa dilakukan setelah terjadi kebakaran demi kelestarian air dan lingkungan? Ada dua solusi yang yang bisa dilakukan secara bersamaan yaitu solusi penanggulangan (kuratif) dan pencegahan (preventif), diantaranya:

a. Keberanian Pemerintah untuk memberikan sanksi yang setimpal.

Penegak hukum sebaiknya membuka nama perusahaan yang sudah terbukti membakar hutan dan lahan agar dapat menjadi sanksi sosial di tataran masyarakat. Jika perlu dilakukan pemboikotan produk perusahaan yang terbukti melakukan pembakaran hutan agar mereka jera. Bukankah selama ini sudah sering terjadi pembakaran dan penetapan tersangka hingga perusahaan yang terlibat, namun kasus tersebut selalu berulang dan hilang begitu saja.

b. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas sistem Pengaman Hutan.

Sistem pengamanan hutan dapat dilakukan dengan menambah jumlah menara pantau, personil pemantau, dan meningkatkan kualitas alat pemantau sekaligus alat pemadam.

c. Pengendalian Erosi

Pengendalian erosi sebagai akibat dari kebakaran hutan dapat dilakukan melalui beberapa metode (Ukas, 2012) yaitu metode vegetatif, mekanik dan kimiawi. Metode vegetatif diantaranya; budidaya tanaman semusim (jagung, kacang tanah, dan lain-lain) secara musiman atau tanaman permanen, penanaman dalam strip cropping, pergiliran tanaman, sistem pertanian hutan (agro forestry), pemanfaatan sisa tanaman. Metode mekanik melalui pengolahan tanah (tillage), pengolahan tanah menurut kontur (contour cultivation), guludan dan guludan bersaluran menurut kontur, teras (teras bangku, teras berlereng), dam penghambat (check dam, waduk, rorak, tanggul), dan perbaikan drainase. Metode kimiawi melalui soil conditioner yang bertujuan memperbaiki struktur tanah misalnya; PVA (Polyvinyl alcohol), PAA (Poly acrylic acid), VAMA (Vinyl acetate malcic acidcopolymer), DAEMA (Dimethyl amino ethyl metacrylate), dan Emulsi Bitumen.

c. Kurikulum Khusus Tentang Pelestarian Hutan (Alam dan Air).

Karena hutan adalah milik anak dan cucu kita juga dimasa mendatang. Maka sejak dini mereka sudah semestinya diajarkan untuk mencintai hutan dan bagaimana menjaga dan melestarikan hutan. Karena dengan lestarinya hutan maka akan lestari pula vegetasi di dalamnya yang juga akan menjaga kuantitas dan kualitas air di dalamnya.

Semoga tulisan ini akan membuka mata kita bahwa sangat penting menjaga kelestarian hutan hujan tropis sebagai tanggung jawab bersama. Jangan sampai terjadi kebakaran hutan kembali karena kebakaran hutan akan merusak vegetasi. Vegetasi yang rusak akan menyebabkan erosi yang berpengaruh pada lestarinya air yang sangat penting dalam kehidupan kita sebagai manusia.

Sumber :
Http://www.nasional.kompas.com/read/2015/10/30/13070591/Lapan.Tahun.Ini.Dua.Juta.Hektar.Hutan.Hangus.Terbakar
Http://www.library.usu.ac.id/download/fp/hutan-onrizal11.pdf
Http://www.syilgagemily.blogspot.com/2012/12/dampak-kebakaran-hutan.html
Http://www.waterwrld.wordpress.com/2012/05/29/dampak-erosi-bagi-daerah-aliran-sungai-das-serta-penanggulangannya/ (Ukas, 2012)
Http:///www.nasional.kompas.com/read/2015/10/30/22254661/Jokowi.Sebut.Lahan.Gambut.Banyak.yang.Sengaja.Dibakar
Http://www.forda-mof.org/index.php/berita/post/1971

You Might Also Like

0 komentar: